Motto Pecinta Alam

jangan melempar apapun, kecuali pandanganmu
jangan membunuh apapun, selain waktu
jangan mengambil apapun, selain foto
jangan meninggalkan apapun, selain jejak kaki
Dilarang melakukan Vandalisme (mencoret coret, mengotori dll)

Save Our Nature

Don't throw away anything but your looks
Don't Kill anything but time
Don't take anything but pictures
Don't leave anything but footprints

Wisata Budaya Tarian Lengger

banjarnegara_lenggerSeni tradisional adalah unsur kesenian yang menjadi bagian hidup masyarakat dalam suatu kaum/puak/suku/bangsa tertentu. Tradisional adalah aksi dan tingkah laku yang keluar alamiah karena kebutuhan dari nenek moyang yang terdahulu. Tradisi adalah bagian dari tradisional namun bisa musnah karena ketidamauan masyarakat untuk mengikuti tradisi tersebut.

Budaya lokal merupakan adat-istiadat, kebudayaan yg sudah berkembang (maju), atau sesuatu yg sudah menjadi kebiasaan yang sukar diubah yang terdapat di suatu daerah tertentu.
Kebudayaan setiap suku bngsa yg brada di setip daerah merupakan budaya lokal. Budaya lokal pd umumnya bersifat tradisional yang masih di pertahankan.

Gunung Tampomas


 Lokasi :Gunung Tampomas desa masaran Kec. Pagedongan-Banjarnegara, Jawa Tengah
Merupakan lokasi penambangan, namun sayangnya ketika tiba dilokasi sedang tidak ada aktivitas penambangan.

Daerah ini merupakan daerah perbukitan, disebelah selatan terdapat Gunung Lanang menurut masyarakat setempat. Gunung Lanang ini terlihat seperti tebing-tebing yang berbentuk kubah dan bukan hanya sejarah,namun mitos2 yang ada di masyarakatpun menutur-tinularkan bahwa Gunung Tampomas simbol Gunung Wadon (perempuan) dari Gunung lanang tersebut, kedua simbol tersebut bisa disimbolkan sebagai LINGGAYONI.


“Tiga Pesona di Satu Desa”

Curug Genting, Mata Air Panas Giri Tirta, & Curug Mrawu (“Tiga Pesona di Satu Desa”)


curug genting
 Potensi wisata Desa Giritirta Kecamatan Pejawaran sungguh mempesona tepatnya di utara ibu kota Kabupaten Banjarnegara ini terdapat empat obyek wisata sekaligus yang bisa dinikmati pengunjung dalam satu lokasi. Untuk menuju obyek wisata ini,Di desa ini ada dua curug yang lumayan besar. Aliran air dari kedua curug ini menyatu dan menjadi sumber utama sungai Mrawu. Sungai Mrawu sendiri dimanfaatkan sebagai sumber air pertanian di beberapa kecamatan di wilayah Banjarnegara. Kedua curug tersebut adalah curug Genting dan Mrawu. Tidak hanya dua curug, satu lagi obyek wisata yang dapat dinikmati. Yaitu sumber air panas yang berada diantara dua curug tersebut. Dan alirannya bermuara di sungai Mrawu. Warga setempat mempercayai sumber air ini mampu mengobati sakit kulit dan rematik. Karena, selain panas juga tercium aroma belerang.
Sebenarnya letak kedua curug ini tidak jauh dari pusat Kecamatan Pejawaran. Berjarak sekitar dua kilometer. Untuk menuju kesana dapat melewati dua jalur. Dari kota Banjarnegara, menuju kecamatan Madukara, Karangkobar dan Pejawaran. Atau dari kota Banjarnegara lewat Singamerta Kecamatan Sigaluh, Madukara, Pagetan dan Pejawaran. Perjalanan dengan kecepatan 60 kilometer perjam memakan waktu sekitar 1,5 jam.

Telaga Menjer



Telaga Menjer terletak di desa Maron, kecamatan Garung. Telaga ini berjarak sekitar 2 km dari ibukota kecamatan Garung. Dinamakan telaga menjer karena desa Maron sebenarnya merupakan desa baru yang dulunya merupakan wilayah desa menjer. Telaga Menjer adalah telaga yang terbentuk akibat dari letusan vulkanik di kaki Gunung Pakuwaja. Dulunya air di telaga itu hanyalah dari beberapa mata air kecil di sekitar telaga dan juga mengandalkan curah hujan yang cukup tinggi didaerah ini. Pada zaman penjajahan Belanda dengan akan dibangunnya PLTA Garung dibawah telaga tersebut, maka dibendunglah sebagian sungai Serayu yang berada di sebelah utara desa Jengkol. Kemudian dialirkan melalui terowongan bawah tanah sepanjang ± 7 km dibawah perkebunan teh PT Tambi yang berada di sebagian wilayah Desa Kreo dan Tlogo. Untuk mengalirkan air dari telaga ini menuju PLTA, dibendunglah sebagian kecil dari telaga dan di bawahnya dipasang pipa dengan diameter mencapai ± 3m menuju ke PLTA yang berjarak sekitar 2 km. Oiya, selain sebagai PLTA, Telaga Menjer juga dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai tambak, penangkaran ikan. O...iya, selain sebagai PLTA, Telaga Menjer juga dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai tambak, penangkaran ikan.

Gunung Lawe “Lawe Artificial Climbing”

Salah satunya adalah Gunung Lawe yang terletak di Dusun Kendaga, Banjarnegara. Gunung lawe terbentuk dari batuan andesit muda. Gunung Lawe sering digunakan oleh mahasiswa untuk climbing. Dengan tinggi gunung sekitar 230 meter dan batuan andesit muda memberi tantangan sendiri untuk pemanjat. Kabut yang biasanya menutupi Gunung Lawe muncul sekitar jam tiga sore, sehingga dalam pemilihan waktu untuk melakukan pemanjatan harus benar-benar diperhitungkan. Hujan yang selalu membasahi tebing ini sering terjadi pada malam hari, sehingga pada pagi hari batuan sedikit licin karena basahan oleh hujan. Sisi selatan yang sering di panjat karena kontur pada sisi utara landai dan dimanfaatkan oleh para pemanjat untuk berjalan sapai puncak tebing.
Jalur pemanjatan di Tebing Lawe yang ada sampai saat ini (yang sampai puncak) praktis di buat oleh Unit Pandu Lingkungan Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Jenderal Soedirman (UPL MPA UNSOED). Adapun jalur pemanjatannya cukup menantang. Diawali medan batuan halus, licin dan berlumut, dengan kemiringan sekitar 80°. Lalu masuk batuan andesit muda yang rapuh dan bertumpuk-tumpuk sampai pada ketinggian 60 meter dan di sana terdapat teras kecil. Selanjutnya bermedan overhang sampai ketinggian 75 meter, dimana di sana terdapat teras besar yang dinamakan Gajahan. Di atasnya, dinding tebing ditumbuhi rumput, sekilas seperti pijakan-pijakan kecil, Tetapi ternyata blank. Mendekati puncak, medan didominasi semak, banyak terdapat alap-alap.